Story of My Hijrah
Berawal saat aku mengikuti masa
orientasi siswa di bangku Madrasah Aliyah hari ketiga dan itu juga bertepatan
dengan agenda yang mana setiap eskul melakukan promosi di setiap kelas. Eskul-eskul pun berlalu
seperti paskibra, marawis, PMR, teater, karate, dan itu semua aku tak tertarik
sama sekali. Sampai akhirnya eskul yang paling akhir masuk ke kelas ku waktu
itu yakni, eskul kerohanian atau biasa dibilang Rohis. Dari situ aku melihat
salah satu anggotanya saat mempromosikan eskul rohis tersebut dari tiga orang
itu diantaranya ada yang memiliki wajah tampan, tanpa berpikir panjang aku
langsung meminta formulir ke dia yang berwajah tampan itu, maklum dulu
masa-masa peralihan dimana remaja masih labil-labilnya.
Beberapa bulan kemudian aktif
mengikuti eskul tersebut, mulai dari rapat mingguan, agenda mingguan, latihan
dasar kepemimpinan rohis (LDKR), taddabur alam, jadi panitia muharram, dan
acara lainnya aku ikuti semua dengan niatan untuk melihat si dia ini, senang
rasanya bisa melihat dia. Kebetulan teman sekelas ku saat di kelas 10 ada yang
berdekatan rumahnya dengan si dia ini, langsung aja aku suruh temanku ini untuk
minta nomor telponnya tujuan ku disini agar bisa dekat dengan si dia ini.
Setelah mendapatkan nomornya beberapa hari kemudian aku coba memberanikan diri
untuk sms dia untuk ngomongin soal eskul ini. Tetapi semuanya tidak berjalan
lancar, aku tidak bisa dekat dengan dia.
Sampai akhirnya teman ku mengenakan
kerudung syar’i. Aku berfikir dengan cara aku mengenakan kerudung seperti itu
bisa membuat dia melirikku. Keesokan harinya aku langsung mengenakan apa yang
dikenakan teman ku, yakni kerudung syar’i, setiap istirahat aku pasti selalu
melewati depan kelasnya bersama temanku
lagi-lagi dengan berharap agar dia bisa melihat ku yang mengenakan kerudung
syar’i ini dan menyukaiku.
Satu, dua, tiga hari tidak melihat
dia. Sampai pada ke sepuluh harinya saat aku keluar dari kamar mandi disitu ada
dia sedang keluar dari kelasnya, aku terkejut melihat dia dan disitu aku
langsung lari saking senengnya. Setahun aku masih ada rasa sama dia, sampai ada
berita kalo dia ternyata menyukai teman sekelas ku ini saat aku berada di kelas
11 dan lumayan dekat dengan ku karena kemana-mana selalu bareng. Sakit rasanya
hati ini tahu bahwa temanku juga menyukai nya, disitu aku langsung ke kamar
mandi dan nangis sejadi-jadinya.
Dan seminggu kemudian mereka
pacaran, aku ngga tau harus gimana dan harus berbuat apa. Bingung, marah,
kesal, semua perasaan itu bercampur menjadi satu. Dari situ aku juga merasa
biasa saja seolah tidak ada yang terjadi diantara pertemanan kita ini, aku masih
tetap ke kantin bareng, shalat bareng, semua aktifitas di sekolah selalu bareng
dengan temanku ini.
Aku berusaha bersikap biasa saja
bahkan pada saat mereka sedang ‘asyik’ pacaran di depan kelas saat sepulang
sekolah. Aku pura-pura cuek dan ngga peduli saat ngeliat mereka padahal hati
ini sakit seperti ditusuk pedang karena masih ada rasa suka sama dia.
Kemungkinan dia memang sudah tau perasaan aku pada dia, tetapi tidak berlaku
untuk perasaan dia ke aku.
Dulu itu masih jamannya facebook,
dan zamannya buku karya ust. Felix Siauw yang judulnya ‘Yuk Berhijab’ aku
mengikuti fanspage ustad Felix tersebut, dilihatnya oleh ku setiap postingan
yang ada di fanspage beliau. Banyak postingan beliau yang membuat aku merasa
“disentil” (read: ditegur) oleh Allah swt.
salah satunya berisi niat hijrah bukan karena dia tapi karena DIA
intinya seperti itu. Dari situ aku sadar bahwa selama ini aku masuk organisasi
ini hanya mengharap pada makhlukNya dan
itu yang membuat Allah cemburu karena lebih mengingat makhluknya daripadaNya.
Setelah aku membaca
postingan-postingan tersebut itu yang membuat ku sadar bahwa kita niat untuk
berhijrah bukan untuk dia tapi niatkan sepenuhnya, semurninya, setulusnya
karena DIA. Aku mulai sadar dan untuk
selalu mendekatkan diri kepadaNya, rajin ibadah, sedekah dan apapun itu yang termasuk amal
kebajikan. Benar sekali yang namanya berharap kepada selain Allah itu
sangat-sangat menyakitkan. Tetapi jika kita niat hanya karena Allah jika kita
menginginkan sesuatu tapi tidak terlaksana kita akan ikhlas menerimanya dan
tidak merasakan sakit hati.
Dan aku juga berusaha meluruskan
niat, seutuhnya hanya untuk Allah swt. dan mengharapkan ridhaNya. Aku juga
berusaha melupakan dia ditambah dia juga pernah pacaran, dan itu yang membuat
aku semakin giat untuk memperbaiki diri dan memohon pertolongan Allah agar
selalu istiqamah dijalanNya. Semakin hari Alhamdulillah merasa semakin dekat
denganNya, ini yang membuat ku bahagia melebihi dulu aku pernah menyukai dia.
Selain di Madrasah aku juga mengikuti organisasi di luar Madrasah, guna untuk
menyibukkan diri pada hal yang bermanfaat dan paastinya untuk melupakan dia
yang sudah menyakiti hati ini :D
Mereka pacaran tidak bertahan
lama. Hanya sekitar dua atau tiga bulan, dan itu juga tidak merubah niat ku untuk
kembali menyukai dia lagi. Aku juga sadar untuk apa menyukai seseorang yang
belum tentu itu jodoh kita? Malah membuat kita sakit hati? Untuk apa? Mending
selagi kita masih muda sebaiknya di isi dengan kegiatan yang positif dan
membawa manfaat untuk di hari akhir nanti, mengharapkan pahala dariNya.
Tetapi dibalik semua itu ada
hikmahnya yang tadinya aku mempunyai niat hijrah dengan niatan tidak bagus,
Alhamdulillah sekarang sampai saat ini sudah berjalan 5 tahun aku masih
mengenakan kerudung syar’i dan mudah-mudahan sampai seumur hidup aku terus mengenakan
kerudung syar’i ini. Banyak juga
pengalaman unik yang mewarnai perjalanan hijrah ku ini, mulai dari cibiran
teman terdekatku “ih kerudungnya kaya ibu-ibu” “dasar bu haji” hingga salah
satu anggota keluarga ku yang menghambat aku agar jangan mengenakan jilbab
lebar. Dan juga banyak teman satu organisasi yang mendukungku untuk berhijrah
dan terus istiqamah untuk mengenakan jilbab syar’i. Itu semua tidak mudah
menjalani perjalanan hijrah tersebut dan setiap orang yang berhijrah juga
mempunyai kisahnya masing-masing.
Untuk pembaca dimana pun anda
berada, jika anda memiliki teman atau kerabat yang memulai untuk berhijrah
seburuk apapun masa lalu nya haruslah didukung jangan di cibir, di ejek karena
dengan cibiran itu bisa jadi mengurungkan niatnya untuk berbuat kebajikan
karena hidayah itu mahal hidaya itu dijemput bukan menjemput. So, berikan
semangat pada teman atau kerabatmu itu yaa
*maafkan jika bahasanya kurang dimengerti, sangat membutuhkan masukan dari para pembaca agar tulisan saya menjadi lebih baik lagi*
Oleh
: Bella Y. Rachmawati
Komentar
Posting Komentar